Mungkin Anda masih ingat awal tahun 2017 ada pesan hoax yang dikirim jutaan kali yang mengatakan layanan WhatsApp dalam waktu yang dekat akan dikenakan biaya. Berikut pesan itu disampaikan peringatan bahwa satu-satunya cara agar tidak dikenakan biaya adalah meneruskan pesan tersebut paling tidak ke sepuluh kontak.
Kemudian ada tanggapan dari pihak WhatsApp bahwa pesan itu tidak benar. Pesan yang demikian tidak berbahaya dan menurut dugaan kami pelakunya adalah pihak yang ingin meningkatkan trafik di internet atau bisa juga perbuatan iseng.
Contoh lain pesan bohong adalah seperti di bawah ini:
Berbeda sekali jika pesan yang dikirimkan menyulut kemarahan orang-orang yang tidak berpikir panjang. Beberapa waktu yang lalu blog ini (kubritau.blogspot.co.id) pernah membahas rangkaian pembunuhan di India akibat termakan oleh berita hoaks.
Video Pakistan yang dimaksudkan untuk peningkatan keselamatan yang memperlihatkan seorang anak diculik oleh dua pengendara sepeda motor, sering disebarkan seolah-olah kejadian sesungguhnya. Maka timbullah kepanikan massal akibat pesan hoaks tadi.
Sejak bulan Mei tahun lalu terjadi serangkaian pembunuhan di negara bagian Jharkhand di sebelah Timur. Desas-desus WhatsApp mengenai penculikan anak mengakibatkan dibunuhnya 6 orang laki-laki.
Pesan viral serupa bulan Februari di negara bagian Rajasthan di sebelah Barat mengakibatkan dibunuhnya seorang pekerja pendatang berusia 25 tahun oleh sejumlah orang.
Kejadian semacam ini kemudian menjalar ke wilayah Selatan di mana massa membunuh sekurang-kurangnya 9 orang sejak Mei. Termasuk seorang wanita tua yang kedapatan memberikan coklat kepada anak-anak.
Pemerintah India menganggap WhatsApp turut bertanggung jawab atas penyebar luasan kabar bohong ini. Tapi WhatsApp tidak melakukan tindakan yang memadai atas maraknya peredaran pesan yang tidak bertanggung jawab di platform mereka.
Kalau WhatsApp bertindak sebagai penonton dan diam saja maka mereka akan dianggap sebagai kaki tangan dan dapat dikenai tindakan hukum oleh pemerintah India.
Sebetulnya WhatsApp sudah melakukan beberapa langkah termasuk memasang iklan satu halaman penuh berisikan tips mengenali dan menghindari kabar bohong. Tapi WhatsApp secara kukuh memperthankan privasi penggunanya.
Sedangkan pemerintah India menuntut WhatsApp untuk membuka penelusuran sumber pesan secara aktif bila diminta penguasa setempat. Maka pemerintah India mengancam akan menindak WhatsApp.
Kemudian ada tanggapan dari pihak WhatsApp bahwa pesan itu tidak benar. Pesan yang demikian tidak berbahaya dan menurut dugaan kami pelakunya adalah pihak yang ingin meningkatkan trafik di internet atau bisa juga perbuatan iseng.
Contoh lain pesan bohong adalah seperti di bawah ini:
Berbeda sekali jika pesan yang dikirimkan menyulut kemarahan orang-orang yang tidak berpikir panjang. Beberapa waktu yang lalu blog ini (kubritau.blogspot.co.id) pernah membahas rangkaian pembunuhan di India akibat termakan oleh berita hoaks.
Video Pakistan yang dimaksudkan untuk peningkatan keselamatan yang memperlihatkan seorang anak diculik oleh dua pengendara sepeda motor, sering disebarkan seolah-olah kejadian sesungguhnya. Maka timbullah kepanikan massal akibat pesan hoaks tadi.
Sejak bulan Mei tahun lalu terjadi serangkaian pembunuhan di negara bagian Jharkhand di sebelah Timur. Desas-desus WhatsApp mengenai penculikan anak mengakibatkan dibunuhnya 6 orang laki-laki.
Pesan viral serupa bulan Februari di negara bagian Rajasthan di sebelah Barat mengakibatkan dibunuhnya seorang pekerja pendatang berusia 25 tahun oleh sejumlah orang.
Kejadian semacam ini kemudian menjalar ke wilayah Selatan di mana massa membunuh sekurang-kurangnya 9 orang sejak Mei. Termasuk seorang wanita tua yang kedapatan memberikan coklat kepada anak-anak.
Pemerintah India menganggap WhatsApp turut bertanggung jawab atas penyebar luasan kabar bohong ini. Tapi WhatsApp tidak melakukan tindakan yang memadai atas maraknya peredaran pesan yang tidak bertanggung jawab di platform mereka.
Kalau WhatsApp bertindak sebagai penonton dan diam saja maka mereka akan dianggap sebagai kaki tangan dan dapat dikenai tindakan hukum oleh pemerintah India.
Sebetulnya WhatsApp sudah melakukan beberapa langkah termasuk memasang iklan satu halaman penuh berisikan tips mengenali dan menghindari kabar bohong. Tapi WhatsApp secara kukuh memperthankan privasi penggunanya.
Sedangkan pemerintah India menuntut WhatsApp untuk membuka penelusuran sumber pesan secara aktif bila diminta penguasa setempat. Maka pemerintah India mengancam akan menindak WhatsApp.
Komentar
Posting Komentar