Langsung ke konten utama

Mengapa foto liburan dilarang di kota ini?



Kalau Anda berlibur ke Swiss maka suatu hal yang pasti tidak akan dilupakan adalah membawa alat foto atau video. Mengapa tidak. Pemandangan alam atau panorama di negeri ini sangat indah.

Tetapi keinginan Anda untuk memposting di media sosial foto Anda berada di suatu kota yang sangat  indah di Swiss tidak dapat terwujud sehubungan dikeluarkannya larangan mengambil foto di kota tersebut.

Komune Bergun, Swiss, di Utara kota peristirahatan pegunungan Alpen, St Moritz, menyetujui undang-undang baru yang melarang fotografi kota. Penduduk berpendapat bahwa kota mereka sangat indah dan memposting fotonya akan menimbulkan rasa penyesalan karena tidak ikut berada di sana dan rasa iri di kalangan keluarga yang ditinggalkan.

Bahkan mereka memasang tanda yang kalau diterjemahkan secara bebas berbunyi "Foto pemandangan kami yang indah, dibagikan di media sosial dapat membuat orang lain tidak bahagia karena mereka sendiri tidak bisa berada di sini.

Menurut kantor pariwisata desa, terbukti secara ilmiah bahwa foto-foto liburan yang indah di media sosial membuat yang melihatnya tidak senang karena tidak berada di sini. Kantor paiwisata telah menarik foto-foto desa alpine yang indah dari akun Facebook dan Twitternya sendiri dan bermaksud mengeluarkannya dari situs webnya.

Pengguna media sosial mungkin merasa terdorong untuk mengambil gambar dengan tanda larangan fotografi. Namun ada dendanya ya, pelanggar diharuskan  membayar $ 5 untuk pengambilan foto ilegal. Semua hasilnya akan digunakan untuk melindungi lanskap.

Tampaknya ini adalah kampanye yang cerdik dari kantor pariwisata agar Bergun selalu disebut. Diragukan keampuhan denda $ 5.

globaltravelerusa


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pecandu seks yang berjuang melawan ketagihannya menjadi sembuh setelah berkunjung ke Bali

Nama wanita ini Erica Garza, 35 tahun, dari Los Angeles. Dia adalah pecandu seks yang berjuang melawan ketagihan pornografi yang diidapnya sejak usia dua belas tahun. Perjuangannya ini berlangsung selama 20 tahun. Kisah hidupnya dituliskan dalam memoir " Getting off : perjalanan seorang wanita melalui ketagihan seks dan pornografi". Diceritakan bahwa sejak umur 12 tahun sampai permulaan 30 tahun dia kecanduan pornografi. Mulanya dia menonton pornografi lunak yang ditayangkan di Cinemax ketika kedua orangtuanya tidur. Ketika lebih dewasa, dengan berkembangnya internet, dia beralih ke materi yang lebih panas dengan menggunakan komputernya. Wanita ini menjadi ketagihan hubungan seks sejak kehilangan keperawanannya di usia 17 tahun. Dalam usia duapuluhan dia mengadakan pesta di rumah, bisa empat kali dalam seminggu. Tujuannya agar bisa berjumpa dengan pria dan kemudian diajak nonton porno online. Setelah  cukup banyak minum tequila dia akan mengoceh mengenai hal-hal yang...

Bayi yang mempunyai 2 muka 1 tubuh 2 tangan dan 2 kaki

Gilang Andika dari Batam yang mempunyai dua wajah ini merupakan kembar siam yang tidak berkembang dengan baik di rahim ibunya. Umurnya sekarang dua bulan dan sedang berjuang untuk dapat bertahan hidup karena kondisi otaknya yang gawat yang menyebabkan bertumpuknya cairan. Orangtuanya, Ernilasari dan Mustafa dengan sangat ingin mendapatkan bantuan untuk menyelamatkan nyawa anak mereka karena dokter-dokter setempat menyatakan tidak mampu untuk mengoperasinya. Meskipun dia hanya memiliki satu tubuh dengan dua tangan dan dua kaki, secara teknis Gilang adalah kembar siam, kondisi ini terjadi satu dari setiap 250.000 kelahiran. Di kepalanya dia memiliki wajah dan otak dari seorang saudara kandung yang tidak mengembangkan tubuhnya sendiri di dalam rahim, karena telur ibunya tidak benar-benar terbelah menjadi dua selama kehamilan. Dia tidak bisa disusui, oleh karena itu sekarang ini dia mendapatkan susu melalui tabung. Dia juga berada dalam kondisi yang disebut hydrocephalus yang ...

Lukisan Raden Saleh "La Chasse au Taureau Sauvage" (Perburuan Banteng) terjual dengan harga 149 miliar

Lukisan Raden Saleh yang diberi judul bahasa  Perancis "La Chasse au Taureau Sauvage"  terjual dengan harga 149 miliar rupiah dalam pelelangan di Vannes Perancis. Juru lelang Jack-Philippe Reullan mengemukakan bahwa lelang ini dimenangkan oleh orang Indonesia yang mengikuti lelang melalui e-mail. Menurut Reullan ada dua belas peminat yang mengikuti lelang tersebut dan salah satunya adalah Museum Pasifika di Bali. Dua diantara peminat tersebut hadir dilokasi lelang. Lukisan yang berukuran 110X180 cm tersebut ditemukan di sebuah gudang bawah tanah di Perancis pada bulan Agustus 2017. Lukisan itu dibuat pada tahun 1855. Kebanyakan obyek lukisan Raden Saleh adalah perburuan besar binatang liar pada abad ke-19. Di lukisan ini Raden Saleh digambarkan menunggang kuda pada sebuah perburuan menurut adat Jawa. "Keluarga di mana lukisan tersebut ditemukan menyatakan tidak tahu menahu mengenai lukisan ini dan ingin menyingkirkan lukisan yang ukurannya cukup besar itu...