Langsung ke konten utama

Angsa yang memicu rasialisme

Sumber photo: South China Morning Post

Gambar di atas dapat ditafsirkan berbeda,  pada umumnya  berdasarkan ras orang yang menafsirkannya. Kecurigaan terhadap ras orang yang berinteraksi dengan angsa  tersebut menimbulkan penafsiran bahwa orang ini (wanita) memperlakukan si angsa dengan kasar. Sebaliknya pendukung wanita ini mengatakan bahwa dia justru melakukan perbuatan yang terpuji.

Kejadiannya:

Di antara  para pelancong  yang mengunjungi danau yang indah di Lucerne Swiss tampak sekelompok wisatawan berbahasa  Mandarin  berada di sekeliling seekor angsa. Salah seorang di antaranya menggoda angsa tersebut dengan selembar kertas. 

Ketika angsa  merebut kertas tersebut, tampak seorang wanita maju dan memegang angsa putih itu di bagian leher dekat kepalanya dan mencoba mengorek potongan kertas dari paruhnya.

Video peristiwa ini pertama kali muncul di Snapchat, outlet berita Swiss 20 Minuten dalam laporan hari Senin tanggal 20 September. Walaupun situs berita ini tidak mengungkapkan kebangsaan kelompok wisatawan yang mukanya tidak diperlihatkan namun  dapat didengar mereka berkomunikasi dalam bahasa Mandarin.

Video ini dengan cepat diambil dan diedarkan oleh outlet media China dan platform media sosial. Laporan China memberi kesan bahwa kesempatan foto yang hilang telah mendorong wanita itu untuk memegang angsa tersebut.
Pada waktu si angsa berhasil mendapatkan kertas itu, di latar belakang terdengar seorang anggota kelompok berseru dalam bahasa Mandarin: "Tunggu saya belum sempat membidiknya", menurut Sina News.

Mereka yang berbahasa Inggris mengungkapkan rasa terkejutnya atas perlakuan terhadap hewan ketika mengambil video peristiwa  tersebut. Bahkan ada yang mengarahkan kamera ke peringatan berupa foto angsa dengan tulisan "Jangan beri makan kami".

Di internet video ini telah membangkitkan kemarahan. Sebuah komentar di situs web 20 Minuten yang menerima lebih dari 2000 acungan jempol (suka) mengatakan: "Turis yang terbaik adalah mereka yang  tinggal di tempat asalnya."

Di media sosial Tiongkok, pengguna internet mengungkapkan kekecewaan pada perlilaku "menjijikkan" para turis dan merujuknya sebagai kasus lain yang menyebabkan "orang-orang China kehilangan muka".

Kampanye anti China?

Sebagian lainnya justru membela wanita yang menangkap angsa tersebut dan mengemukakan bahwa dia mungkin berusaha menyelamatkannya dengan mencegahnya menelan kertas. "Bibi ini maju untuk mengambil benda itu dari mulut angsa. Orang yang membuat filmnya jangan hanya mengikuti media asing yang melakukan kampanye fitnah terhadap China", seseorang menulis.

Beberapa komentator menyoroti kewarganegaraan wisatawan dan menuduh bahwa media melakukan penistaan terhadap China. Video angsa ini muncul di tengah-tengah insiden diplomatik atas perlakuan terhadap turis China di negara Eropa lainnya.

Awal bulan ini di Stockholm suatu keluarga Tionghoa  dikeluarkan secara paksa dari lobi sebuah hostel karena tiba beberapa jam sebelum waktu check in. Rekaman seorang pria berteriak kepada petugas polisi diluar hostel kemudian diposting online.

Setelah acara televisi Swedia mencemooh turis China, kedutaan China di Swedia mengeluarkan pernyataan yang menuduh program tersebut "menyebarkan dan membela rasisme serta xenofobia secara langsung". Pelancong China juga mengancam untuk memboikot negeri ini.

Kekuatiran Lucerne

Dikelilingi oleh pegunungan, Danau Lucerne yang megah dan bisnis arloji mewah menarik lebih dari 9 juta pengunjung ke kota ini setiap tahun. Industri parawisata telah menimbulkan konroversi beberapa tahun terakhir karena dampaknya terhadap populasi kecil sekitar 80.000.

The Korea Times

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pecandu seks yang berjuang melawan ketagihannya menjadi sembuh setelah berkunjung ke Bali

Nama wanita ini Erica Garza, 35 tahun, dari Los Angeles. Dia adalah pecandu seks yang berjuang melawan ketagihan pornografi yang diidapnya sejak usia dua belas tahun. Perjuangannya ini berlangsung selama 20 tahun. Kisah hidupnya dituliskan dalam memoir " Getting off : perjalanan seorang wanita melalui ketagihan seks dan pornografi". Diceritakan bahwa sejak umur 12 tahun sampai permulaan 30 tahun dia kecanduan pornografi. Mulanya dia menonton pornografi lunak yang ditayangkan di Cinemax ketika kedua orangtuanya tidur. Ketika lebih dewasa, dengan berkembangnya internet, dia beralih ke materi yang lebih panas dengan menggunakan komputernya. Wanita ini menjadi ketagihan hubungan seks sejak kehilangan keperawanannya di usia 17 tahun. Dalam usia duapuluhan dia mengadakan pesta di rumah, bisa empat kali dalam seminggu. Tujuannya agar bisa berjumpa dengan pria dan kemudian diajak nonton porno online. Setelah  cukup banyak minum tequila dia akan mengoceh mengenai hal-hal yang...

Bayi yang mempunyai 2 muka 1 tubuh 2 tangan dan 2 kaki

Gilang Andika dari Batam yang mempunyai dua wajah ini merupakan kembar siam yang tidak berkembang dengan baik di rahim ibunya. Umurnya sekarang dua bulan dan sedang berjuang untuk dapat bertahan hidup karena kondisi otaknya yang gawat yang menyebabkan bertumpuknya cairan. Orangtuanya, Ernilasari dan Mustafa dengan sangat ingin mendapatkan bantuan untuk menyelamatkan nyawa anak mereka karena dokter-dokter setempat menyatakan tidak mampu untuk mengoperasinya. Meskipun dia hanya memiliki satu tubuh dengan dua tangan dan dua kaki, secara teknis Gilang adalah kembar siam, kondisi ini terjadi satu dari setiap 250.000 kelahiran. Di kepalanya dia memiliki wajah dan otak dari seorang saudara kandung yang tidak mengembangkan tubuhnya sendiri di dalam rahim, karena telur ibunya tidak benar-benar terbelah menjadi dua selama kehamilan. Dia tidak bisa disusui, oleh karena itu sekarang ini dia mendapatkan susu melalui tabung. Dia juga berada dalam kondisi yang disebut hydrocephalus yang ...

Lukisan Raden Saleh "La Chasse au Taureau Sauvage" (Perburuan Banteng) terjual dengan harga 149 miliar

Lukisan Raden Saleh yang diberi judul bahasa  Perancis "La Chasse au Taureau Sauvage"  terjual dengan harga 149 miliar rupiah dalam pelelangan di Vannes Perancis. Juru lelang Jack-Philippe Reullan mengemukakan bahwa lelang ini dimenangkan oleh orang Indonesia yang mengikuti lelang melalui e-mail. Menurut Reullan ada dua belas peminat yang mengikuti lelang tersebut dan salah satunya adalah Museum Pasifika di Bali. Dua diantara peminat tersebut hadir dilokasi lelang. Lukisan yang berukuran 110X180 cm tersebut ditemukan di sebuah gudang bawah tanah di Perancis pada bulan Agustus 2017. Lukisan itu dibuat pada tahun 1855. Kebanyakan obyek lukisan Raden Saleh adalah perburuan besar binatang liar pada abad ke-19. Di lukisan ini Raden Saleh digambarkan menunggang kuda pada sebuah perburuan menurut adat Jawa. "Keluarga di mana lukisan tersebut ditemukan menyatakan tidak tahu menahu mengenai lukisan ini dan ingin menyingkirkan lukisan yang ukurannya cukup besar itu...