Langsung ke konten utama

Saya kenal dengan spy (KGB) yang mengebohkan ini.

Ketika saya berselancar di internet perhatian saya tertarik pada berita di Tribune News Services tanggal 12 Juli 1998. Judulnya "Russian Diplomat accussed of spying leaves for home". Ditulis bahwa seorang diplomat Rusia,  Abramkin dinyatakan sebagai orang yang tidak dikehendaki atau 'persona non grata' oleh pemerintah Korea Selatan. Dia diberi waktu 3 hari untuk meninggalkan Korsel.

Oleg dituduh "melakukan kegiatan yang bertentangan dengan statusnya sebagai diplomat", yang dalam dunia diplomatik merupakan penghalusan dari kegiatan mata-mata. Dalam hati, saya bertanya apakah dia Oleg Abramkin yang saya kenal.

Sayapun menelusuri link yang terkait. Ternyata ada videonya di YouTube, ( AP archieve).  Astaga  saya mengenali wajah ini walaupun 20 tahun lebih tua.

Pada tahun 1977 sampai 1981 saya ditempatkan sebagai diplomat di KBRI Pyongyang. Pada waktu yang hampir bersamaan, Oleg Abramkin bertugas di Kantor Berita USSR TASS di Korea Utara.
Di lingkungan komunitas internasional yang kecil di Pyongyang boleh dikatakan setiap orang saling mengenal. Di samping itu apartemen kami berdekatan sehinga kami suami istri beberapa kali  saling mengundang makan.

Oleg pernah juga ke apartemen saya malam hari khusus untuk mendengar koleksi kasetku. Ternyata dia penggemar ABBA dan The Beatles. Dari dia saya mengetahui lagu bahwa  Lucy in the Sky with Diamonds (Beatles) ada kaitannya dengan  LSD, narkoba   yang bisa membuat orang berhalusinasi berat.

Suatu hari dia  dia menanyakan betulkah saya sedang mencari gorden? Memang pada waktu itu saya baru pindah apartemen dan hampir semua barang yang saya perlukan tidak ada di Korut. Oleg menawarkan bantuannya tapi saya tolak. Saya sudah memesan dari Hongkong dengan mail order kataku.

Saya pernah diberitahu  oleh seorang diplomat Eropa Timur agar hati-hati terhadapnya. Resminya dia berkerja di Kantor Berita TASS tapi sebetulnya dia adalah anggota KGB (dinas rahasia Uni Soviet)", katanya.

Nah menurut saya tawaran bantuan  gorden  merupakan upayanya untuk menanam budi. Terkadang seorang diplomat   terjebak ke dalam jaringan mata-mata karena berutang budi. Utang budi ini bisa karena dikenalkan kepada wanita atau  dibiarkan menyelundupkan barang.

Menjelang kepulangan saya ke Indonesia dia menanyakan apakah pertemanan kami bisa diteruskan di kemudian hari. Sebagai basa basi saya mengiyakan ajakannya itu. Pikirku bukankah kami tidak akan bertemu lagi. Di Institut Masalah Internasional di negerinya Oleg mengambil jurusan Korea. Pikirku paling-paling dia hanya akan ditempatkan di Korea atau negara lainnya di Asia Timur.

Agak kaget juga ketika pada suatu hari di Direktorat Perjanjian Internasional Deplu  saya mendapat pesan telpon bahwa ada oleh-oleh dari seorang teman yang dulu sama-sama di Korut dan sekarang  ditempatkan Kedutaan Soviet di Jakarta. Oleh-oleh ini akan diambil atau diantarkan? Pertanyaan ini tidak pernah saya jawab.

Pada masa itu tidak ada sambungan telpon langsung untuk saya di kantor. Pesawat di ruangan juga hanya ada 1 yang digunakan beramai-ramai. Hal ini ada untungnya karena memungkinkan saya untuk menyaring telpon dari luar.

Pesannya yang terakhir adalah untuk bertemu di suatu bar dan restoran R..y yang terletak di Jl Juanda. Hari dan    jam sudah dia tentukan. Dan katanya untuk memudahkan saya mengenalinya, dia akan memakai baju dengan motif dan warna tertentu (saya lupa). Gila saya pikir seperti dicerita spy saja.

Saya tidak datang ketempat itu dan juga tidak memberitahukan berhalangan. Saya kira ini adalah penolakan yang cukup kasar. Yang jelas, selanjutnya usaha untuk meneruskan pertemanan itu dia hentikan.











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pecandu seks yang berjuang melawan ketagihannya menjadi sembuh setelah berkunjung ke Bali

Nama wanita ini Erica Garza, 35 tahun, dari Los Angeles. Dia adalah pecandu seks yang berjuang melawan ketagihan pornografi yang diidapnya sejak usia dua belas tahun. Perjuangannya ini berlangsung selama 20 tahun. Kisah hidupnya dituliskan dalam memoir " Getting off : perjalanan seorang wanita melalui ketagihan seks dan pornografi". Diceritakan bahwa sejak umur 12 tahun sampai permulaan 30 tahun dia kecanduan pornografi. Mulanya dia menonton pornografi lunak yang ditayangkan di Cinemax ketika kedua orangtuanya tidur. Ketika lebih dewasa, dengan berkembangnya internet, dia beralih ke materi yang lebih panas dengan menggunakan komputernya. Wanita ini menjadi ketagihan hubungan seks sejak kehilangan keperawanannya di usia 17 tahun. Dalam usia duapuluhan dia mengadakan pesta di rumah, bisa empat kali dalam seminggu. Tujuannya agar bisa berjumpa dengan pria dan kemudian diajak nonton porno online. Setelah  cukup banyak minum tequila dia akan mengoceh mengenai hal-hal yang...

Bayi yang mempunyai 2 muka 1 tubuh 2 tangan dan 2 kaki

Gilang Andika dari Batam yang mempunyai dua wajah ini merupakan kembar siam yang tidak berkembang dengan baik di rahim ibunya. Umurnya sekarang dua bulan dan sedang berjuang untuk dapat bertahan hidup karena kondisi otaknya yang gawat yang menyebabkan bertumpuknya cairan. Orangtuanya, Ernilasari dan Mustafa dengan sangat ingin mendapatkan bantuan untuk menyelamatkan nyawa anak mereka karena dokter-dokter setempat menyatakan tidak mampu untuk mengoperasinya. Meskipun dia hanya memiliki satu tubuh dengan dua tangan dan dua kaki, secara teknis Gilang adalah kembar siam, kondisi ini terjadi satu dari setiap 250.000 kelahiran. Di kepalanya dia memiliki wajah dan otak dari seorang saudara kandung yang tidak mengembangkan tubuhnya sendiri di dalam rahim, karena telur ibunya tidak benar-benar terbelah menjadi dua selama kehamilan. Dia tidak bisa disusui, oleh karena itu sekarang ini dia mendapatkan susu melalui tabung. Dia juga berada dalam kondisi yang disebut hydrocephalus yang ...

Lukisan Raden Saleh "La Chasse au Taureau Sauvage" (Perburuan Banteng) terjual dengan harga 149 miliar

Lukisan Raden Saleh yang diberi judul bahasa  Perancis "La Chasse au Taureau Sauvage"  terjual dengan harga 149 miliar rupiah dalam pelelangan di Vannes Perancis. Juru lelang Jack-Philippe Reullan mengemukakan bahwa lelang ini dimenangkan oleh orang Indonesia yang mengikuti lelang melalui e-mail. Menurut Reullan ada dua belas peminat yang mengikuti lelang tersebut dan salah satunya adalah Museum Pasifika di Bali. Dua diantara peminat tersebut hadir dilokasi lelang. Lukisan yang berukuran 110X180 cm tersebut ditemukan di sebuah gudang bawah tanah di Perancis pada bulan Agustus 2017. Lukisan itu dibuat pada tahun 1855. Kebanyakan obyek lukisan Raden Saleh adalah perburuan besar binatang liar pada abad ke-19. Di lukisan ini Raden Saleh digambarkan menunggang kuda pada sebuah perburuan menurut adat Jawa. "Keluarga di mana lukisan tersebut ditemukan menyatakan tidak tahu menahu mengenai lukisan ini dan ingin menyingkirkan lukisan yang ukurannya cukup besar itu...