SMARTPHONE-KU TELAH MEMATA-MATAI AKU
Film “The Great Hack” dimulai dengan pertanyaan seorang
profesor kepada para mahasiswanya: “Who has seen an advertisement that has
convinced you that your microphone is listening to your conversation?” (Siapa
yang ketika melihat suatu iklan menjadi
yakin bahwa mikroponmu telah menguping pembicaraanmu). Seluruh kelas tertawa dan
sejumlah mahasiswa mengangkat tangannya.
Profesor tersebut ikut tertawa dan
kemudian berkata: Kelihatannya memang demikian,
tetapi yang juga penting perilakumu telah diprediksi secara tepat. Jadi
iklan yang kelihatannya sangat tepat mestinya telah mengupingi kita. Ini merupakan bukti bahwa kegiatan mengincar
sasaran telah berhasil sehingga perilaku kita dapat diprediksi.
Belakangan ini saya merasa gatal di punggung. Mulanya saya
tidak menganggap serius rasa gatal ini. Paling-paling disebabkan cendawan
pikirku dan mencoba mengobatinya dengan menggunakan alcohol swab. Untuk melihat
hasil penggunaan alcohol saya meminta
tolong kepada seseorang di rumah mengambil foto punggung saya dengan smartphone
saya.
Foto ini tidak pernah saya kirim ke forum chat manapun dan
paling-paling hanya tersimpan di gallery
telpon saya. Anehnya tidak lama kemudian di akun FB saya ada iklan obat
gatal yang memuat foto punggung seseorang yang terpapar penyakit gatal. Sudut
pengambilan foto punggung dalam iklan ini
sama dengan foto yang saya buat sebelum itu.
Karena pengobatan dengan alcohol swab dan salep yang bisa dibeli
secara bebas tidak berhasil maka saya mengunjungi spesialis kulit. Menurut
dokter ini penyakit kulit saya namanya pruritus
senelis. Gatal seperti ini bisa dialami oleh orang yang sudah berumur
karena kulitnya menjadi kering dan keriput.
Lalu dia menulis resep untuk 3
macam obat yang salah satunya adalah lotion yang ternyata
menyebabkan kulit yang diolesi malah menjadi
kering.
Wah obat yang satu ini perlu diganti pikirku. Seseorang
menyarankan penggunaan skin relief lotion merk A….o. Kemudian kepada anak
perempuanku, saya menyampaikan info
mengenai lotion A….o ini.
Selang beberapa hari
anak saya ini mengatakan bahwa di akun Instagramnya masuk iklan dari lotion
A….o. Padahal informasi saya mengenai A….o tidak dianggapnya penting sehingga
dia tidak pernah mencoba mencari keterangan
mengenai lotion ini di mesin pencari atau mengemukakannya kepada siapapun.
Menurut professor yang menjadi tokoh dalam film The Great
Hack data dari kegiatan daring/online seseorang tidak menguap begitu saja. Dia
mengungkapkan bahwa jejak-jejak digital
yang ditinggalkan oleh orang-orang, ternyata menjadi sumber tambang yang
menghasilkan satu trilyun dolar setahun.
Perlu dikemukakan bahwa The Great Hack, bukanlah film mengenai mengenai periklanan. Dalam film
tersebut dikisahkan juga pemilu di Amerika Serikat tahun 2016 yang berkaitan dengan
Proyek Alamo. Pada masa puncaknya proyek
ini memghabiskan 1 juta dolar per hari untuk biaya iklan di Facebook. Sebuah
perusahaan yang bernama Cambridge Analytica juga ambil bagian dalam proyek ini.
Perusahaan ini
sesumbar “bisa menemukan pemilih anda dan mengerahkan mereka untuk beraksi” lewat
kampanye berbasis data dan diperkuat oleh sebuah tim yang terdiri dari para
ilmuwan serta psikolog perilaku. Dengan
menggunakan jasa Cambridge Analityca, Ted Cruz yang semula merupakan kandidat
yang paling diremehkan di tingkat awal pemilihan, kemudian menjadi orang
terakhir yang harus dikalahkan oleh Trump sebelum menjadi calon presiden.
Ketika Cambridge Analytica kemudian bergabung dengan tim
pemenangan Trump, perusahaan ini tidak mulai bekerja dari nol. Mereka telah
bekerja selama 14 bulan untuk Ted Cruz sehingga sudah mengumpulkan banyak
sekali data dan telah melakukan penelitian mengenai pemilih. Dan ini dapat
dimanfaatkan oleh Tim Trump.
Bermodalkan penelitian yang telah dilakukan terhadap ratusan
ribu orang Amerika serta 4 sampai 5 ribu titik data yang mereka punyai, maka
dapat diprediksi kepribadian setiap orang dewasa di Amerika. Kepribadian itu
merupakan pendorong perangai seseorang dan perangai jelas mempengaruhi
bagaimana anda akan menggunakan hak pilih. Maka selanjutnya mereka dapat
menjadikan seseorang sebagai target konten video digital yang cocok untuknya.
Untuk dapat mengirim pesan-pesan yang dipersonalisasi maka
diperlukan data mengenai individu yang menjadi target. Cambidge Analytica telah dilaporkan mengambil data
dari 50 juta pengguna Facebook secara tidak syah. Semula mereka menyangkal
telah menggunakan informasi dari Facebook dalam pekerjaannya.
Tidak dinyana Brittany Kaiser yang pernah memegang peran
penting di Cambridge Analytica kini
bernyanyi/menjadi wistle blower. Kelihatannya orang inilah yang merancang pertanyaan-pertanyaan survey pengguna Facebook. Menurut
pengakuannya dia memegang rahasia mengenai kampanye Trump dan Brexit yang bisa
saja dilakukan secara melawan hukum.
Masalah yang berkenaan dengan data pribadi
Dengan menceritakan Cambridge Analytica, referendum Brexit
di Inggris dan pemilu di Amerika Serikat serta peran Facebook dalam kaitan ini,
film The Great Hack memperlihatkan contoh kecil mengenai masalah data dalam
masyarakat kita. Menurut professor Shoshana Zuboff dari Harvard, pengalaman kita sebagai manusia telah
dikonversi menjadi data yang kemudian dipelajari oleh mesin dan digunakan untuk
kemudian memanipulasi pilihan-pilihan yang tersedia bagi kita dan melaluinya
memanipulasi perilaku kita.
Cara mencari target kemudian mengiriminya dengan konten yang
sesuai untuknya (personalisasi) telah berhasil dilakukan pada kampanye
pemilihan presiden di AS dan kampanye Brexit. Memang masih menjadi tanda tanya
seberapa jauh hasil kampanye menggantikan mata uang yang berlaku saat ini
dengan Bitcoin.
Seseorang mungkin bisa dicap lebay kalau keberatan atas
penggunaan data pribadinya untuk keperluan peningkatan penjualan. Tapi
bagaimana kalau tujuan penggunaannya adalah dalam rangka cuci otak target untuk
melakukan tindakan yang membahayakan keselamatan negara?
Remy Siahaan
Komentar
Posting Komentar